Kadang, hal penting di sekolah gak selalu terjadi di ruang kelas.
Kadang justru lahir di tempat paling sederhana: kantin.
Tempat di mana ide besar bisa muncul di antara suara sendok, gorengan, dan tawa teman-teman.
Dan kali ini, SMK Putra Bangsa buktiin kalau dari kantin pun, anak muda bisa belajar tentang masa depan dan soal cuan.
Kantin biasanya jadi tempat nongkrong, ngerumpi, atau sekadar pelarian dari pelajaran yang bikin otak berasap.
Tapi kali ini beda. Kantin SMK Putra Bangsa tiba-tiba berubah jadi tempat sosialisasi serius tapi santai — lengkap dengan bapak-bapak penting dan obrolan tentang masa depan.
Iya, masa depan. Bukan cuma masa depan cinta, tapi masa depan cuan.
Acara dimulai sekitar jam 10-an. Yang hadir bukan sembarangan karena ada Pak Rediyono, sang Ketua Yayasan yang bawa aura wirausaha. Pak Muslimin Kepala Sekolah yang selalu serius tapi sayang murid. Bu Vivi Nurfada, Waka Kesiswaan yang udah hafal tingkah anak TKJ. Bu Jumalia, wali kelas tercinta yang siap ngawasin. Dan Mas Yadi, manajer workshop Putra Budi Bangsa (PBB) yang bawa kabar soal bisnis.
Jadi bukan cuma isi perut di kantin, tapi juga isi kepala sama semangat baru.
Pak Rediyono jadi pembicara utama. Beliau ngomong soal kewirausahaan — tapi bukan teori kaku kayak di buku, melainkan versi realitas hidup.
Pesannya simpel tapi nyelekit:
“Jangan takut berwirausaha cuma karena banyak pesaing. Jadi pegawai itu gak salah, tapi gak semua pegawai bisa sukses. Kuncinya: tingkatkan kemampuan diri.”
Intinya: kalau mau maju, jangan nunggu gajian — bikin gaji sendiri
Bagian paling menarik datang dari Mas Yadi.
Beliau jelasin soal kerja sama antara SMK Putra Bangsa dan Workshop Putra Budi Bangsa (PBB).
Sistemnya cerdas dan menguntungkan. Kalau siswa bisa ngajak orang buat servis kendaraan di bengkel PBB, bakal dapet persenan.
Alias: jadi marketing kecil-kecilan, tapi duitnya beneran.
Coba bayangin, cuma promosi bengkel aja bisa dapet uang jajan tambahan. Sambil belajar, sambil ngelatih jiwa bisnis — ini paket komplit.
Acara selesai sekitar jam 11.30, tapi efeknya kayak kopi: bikin melek dan semangat. Karena siapa sangka, obrolan santai di kantin bisa jadi titik awal buat ngerintis mental wirausaha?
Mulai dari yang kecil, belajar dari pengalaman, dan jangan takut bersaing.
Kata Pak Rediyono, “Yang penting bukan siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling berani mulai.”
Dari acara sosialisasi di kantin ini, anak-anak kelas 11 TKJ 2 dapet pelajaran penting:
Sekolah ngajarin teori, tapi dunia ngajarin realita.
Dan hari itu, kantin bukan cuma tempat makan — tapi tempat tumbuhnya calon pengusaha masa depan.

