“Seni Bertahan di Kelas: Antara Fokus dan Ketiduran Strategis

0


Ada dua jenis siswa di dunia ini: yang datang ke sekolah untuk belajar, dan yang datang ke sekolah untuk tidur dengan tenang tanpa dicurigai orang tua. Jam pertama perang antara kantuk dan harga diri, Jam pelajaran pertama itu bukan pelajaran itu ujian iman. Belum sarapan, mata masih lengket, tapi guru sudah semangat menjelaskan tentang “fungsi turunan” seolah semua orang di kelas bakal jadi ilmuwan NASA. Sementara di pojokan, sudah ada satu siswa yang kepala dan meja bersatu dalam keheningan suci.


Kalimat legendaris dari guru pun muncul

“Kamu tidur atau mendengarkan saya?”

Dan jawabannya klasik:

“Saya merenungkan, Pak.”

Padahal dia sedang tertidur dengan elegan.



Seni tidur tanpa ketahuan

Tidur di kelas itu butuh skill, bukan niat. Ada tiga level

1. Level dasar: pura-pura nyatet, tapi bolpennya gak pernah nempel di kertas.

2. Level menengah: posisi tangan menyangga kepala, mata merem setengah, biar dikira lagi mikir keras.

3. Level dewa: bisa tidur pulas saat guru lagi muter kelas, dan ajaibnya bangun tepat saat bel istirahat berbunyi.

Katanya Einstein jenius. Tapi coba suruh dia tidur nyaman di kelas tanpa ketahuan guru. Belum tentu bisa.



Cara fokus versi anak SMA

Anak SMA tuh punya gaya unik buat tetap “terlihat fokus”. Ada yang pasang wajah serius padahal pikirannya udah jalan-jalan ke tempat makan sehabis sekolah.Ada juga yang pura-pura nulis di buku, tapi isinya malah coretan nama gebetan di pinggir halaman. Dan jangan lupakan ritual wajib mengangguk setiap 10 detik. Bukan karena ngerti, tapi biar gak dipanggil guru. Kadang satu anggukan bisa menyelamatkan nilai keaktifan di kelas.



Guru killer, siswa survival

Guru killer itu kayak bos terakhir di game susah dikalahkan, tapi bikin kita belajar bertahan hidup. Begitu guru killer masuk kelas, semua langsung berubah, yang tadinya tidur, tiba-tiba melek, yang tadinya berisik, mendadak alim. Dan yang tadinya mau izin toilet, langsung lupa cara ngomong. Tapi di balik wajah garang, guru killer sering jadi bahan cerita abadi di grup alumni.


“Ingat gak dulu waktu kita disuruh push-up gara-gara telat 2 menit?”

Lucunya, yang disuruh push-up waktu itu malah jadi orang yang paling sering telat di tempat kerja sekarang.



Momen paling ditunggu: bel istirahat

Bunyi bel istirahat itu bukan sekadar suara logam itu musik kebebasan. Sekuat apa pun guru ngejelasin, begitu bel bunyi, semua hafalan langsung factory reset. Buku ditutup, otak dimatikan, dan perut mulai beroperasi.Tapi anehnya, begitu bel pelajaran selanjutnya bunyi, semua langsung pura-pura sibuk lagi seolah-olah barusan habis belajar keras, padahal baru selesai debat harga gorengan di kantin.



Seni bertahan di dunia nyata

Bertahan di kelas itu latihan kecil sebelum masuk ke dunia yang lebih rumit. Kamu belajar sabar, belajar akting, belajar strategi bertahan hidup di bawah tekanan guru yang suka bilang,

“Jangan main HP ya, saya lihat dari sini.”

Padahal HP kamu udah di bawah meja dari 10 menit lalu.Kadang, yang terlihat malas justru sedang berjuang dalam diam berjuang melawan kantuk, tugas, dan drama teman sekelas yang tiap hari ganti mood.


Bertahan di kelas bukan soal berapa banyak pelajaran kamu hafal, tapi seberapa sering kamu bisa tertawa di tengah kebosanan. Sekolah itu bukan penjara, tapi juga bukan taman hiburan, jadi nikmatin aja prosesnya, walau kadang membosankan, nyebelin, dan absurd. Karena nanti, setelah lulus, kamu bakal kangen hal-hal kecil, tidur di kelas tanpa rasa bersalah, deg-degan pas disuruh maju, dan suara bel yang bikin kamu sadar kalau waktu SMA gak akan pernah terulang lagi.

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
3/related/default