Siapa bilang di SMK Putra Bangsa isinya belajar yang serius melulu?
SMK Putra Bangsa barusan membuktikan satu hal penting: kebahagiaan bisa datang dari daster.
Yes, daster.
Baju kebanggaan emak-emak, pakaian nasional saat beli cabai 3 biji di warung, dan kostum resmi ketika marah-marah nyari remote TV.
Dan tiba-tiba…
Lapangan sekolah berubah jadi ajang Fashion Show Piala Dunia.
Cowok-cowok yang biasanya sok cool, sok jago futsal, hari itu mendadak jadi emak-emak rempong yang lari-lari sambil nahan kain supaya nggak nyangkut di sepatu.
Pemandangan ini lebih mahal dari semua voucher diskon Shopee digabung.
Begitu peluit dibunyikan, bukan teknik dribbling yang jadi fokus…
tapi bagaimana cara mempertahankan kehormatan daster supaya tidak tersingkap angin.
Ada yang larinya kayak mau ngejar tukang bakso, ada yang muter-muter sambil pegang pinggang kayak emak-emak abis ngomelin anak tetangga.
Setiap gerakannya kayak teatrikal, tapi tanpa latihan.
Permainan yang biasanya ganas dan cepat, mendadak berubah jadi gerakan slow motion penuh kehati-hatian. Bukan takut lutut lecet. Tapi takut dasternya nyangkut, kebuka, terinjak, atau malah kedobel jadi kain guling.
Dan kalau kamu kira ini cuma lucu-lucuan?
Oh tidak. Ini adalah acara healing massal satu sekolah.
Guru ketawa. Siswa teriak. Bahkan yang biasanya ketawa aja pelit, hari itu ketawa sampai tepuk-tepuk meja.
Ada yang bilang bahagia itu mahal. Padahal kadang tinggal pinjem daster ibu, main bola, terus ketawa rame-rame.
SMK Putra Bangsa lagi-lagi berhasil nunjukkin:
Sekolah bukan cuma tempat belajar. Tapi tempat hidup juga harus terasa hidup.
Dan jujur ya…
Kalau tahun depan lomba ini nggak diulang, kita sebagai publik berhak kecewa.

