Edu Buddies, Pasti kalian sering dengar kan soal program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang sudah mulai diterapkan di beberapa sekolah? Nah, mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa sih sekolah kita, SMKS Putra Bangsa, kok kayaknya belum mau ikut program keren ini?
Eits, bukan berarti Kepala Sekolah kita nggak peduli, ya! Keputusan untuk menunda penerimaan program ini justru datang dari pertimbangan yang super matang dan demi kebaikan kita semua, lho. Pihak sekolah punya 6 alasan kuat kenapa mereka masih ngerem dulu.
Yuk, kita bahas bareng 6 poin yang jadi perhatian utama SMKS Putra Bangsa:
1. Waktu Pengantaran Bikin Jadwal Belajar Kacau
Ini problem klasik. Makanan gratis memang menggiurkan, tapi kalau jadwal pengantarannya sering ngaret atau nggak pasti, ini bisa jadi masalah besar. Kalau diantar terlalu pagi, nggak mungkin dimakan. Kalau nunggu jam istirahat kedua, takutnya makanan sudah keburu basi. Belum lagi, distribusi makanan ini bisa mengganggu kegiatan belajar mengajar (KBM) karena Bapak/Ibu guru juga harus ikut repot membagikannya. Duh, fokus belajar bisa bubar!
2. Takut Jadi Sampah Makanan!
Siapa di sini yang suka pilih-pilih makanan? Hayo ngaku! Pihak sekolah khawatir, kalau menu yang disediakan MBG ternyata nggak cocok di lidah banyak siswa, akhirnya makanan itu cuma dibuang. Ini namanya food waste atau pemborosan makanan. Kasihan juga Om Pam harus membersihkan sampah basah yang numpuk. Sekolah ingin menghindari pemborosan dan masalah lingkungan.
3. Aturan Kerahasiaan Kasus Keracunan? Big No!
Nah, ini yang paling sensitif. Ada peraturan dari Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) yang katanya mengharuskan sekolah merahasiakan kalau sampai terjadi kasus keracunan, makanan basi, atau masalah serius lainnya. Sekolah kita jelas keberatan dengan aturan seperti ini. Bagi SMKS Putra Bangsa, transparansi dan tanggung jawab itu nomor satu!
4. Guru Kena Getahnya Kalau Ompreng Hilang/Rusak
Siapa yang harus bertanggung jawab kalau tempat makan (ompreng) yang kalian pakai hilang atau rusak? Ternyata, berdasarkan aturan, guru yang wajib mengganti rugi! Bayangkan, harga satu ompreng saja lumayan mahal (sekitar Rp80.000). Kasihan kan Bapak/Ibu guru yang sudah sibuk mengajar malah dibebani biaya seperti ini?
5. Sudah Ada Kasus Makanan Basi di Sekolah Lain
Kekhawatiran ini bukan sekadar bayangan, lho. Pihak sekolah menyebutkan bahwa di sekolah lain di Kota Bontang sudah pernah terjadi kasus makanan basi, bahkan sampai dua kali. Pengalaman ini jadi lampu kuning besar buat SMKS Putra Bangsa. Sekolah kita mengutamakan keamanan dan kesehatan siswa di atas segalanya.
6. Menunggu Aturan yang Win-Win Solution
Intinya, selama aturan program MBG belum benar-benar aman, jelas, dan menguntungkan (atau minimal tidak merepotkan) semua pihak—terutama guru dan sekolah—SMKS Putra Bangsa memilih untuk menahan diri dulu.
Pesan Penting untuk Kita Semua:
Jadi, Edu Buddies, jangan cuma lihat sekolah lain yang sudah dapat MBG, ya. Ada pertimbangan-pertimbangan serius di balik keputusan sekolah kita ini. Mari kita dukung Bapak/Ibu Kepala Sekolah dan guru-guru yang sedang berusaha memastikan program yang masuk ke sekolah kita adalah program yang benar-benar baik, aman, dan lancar untuk kita semua.
Semoga program MBG ini bisa segera diperbaiki aturannya agar nanti bisa masuk ke SMKS Putra Bangsa tanpa ada keraguan! Stay safe and healthy!

MBG (Makanan Beracun Gratis)
BalasHapus